Bunuhlah Prilaku burukmu nak ! Sebuah Cerpen meneladani sifat Al-Mumit
“Ustadz,” siswa itu masuk ke kelas dan mendekat ke gurunya, “Maaf saya terlambat, saya harus membantu ayah mengantar dagangannya pagi ini.” Sang guru tersenyum dan menjawab, “Iya, nak. Kamu baru terlambat 10 menit,” dielusnya rambut siswanya itu kemudian berkata lagi, “Tak masalah, nak. ustadz masih bangga denganmu, sebab kamu masih punya semangat untuk sekolah. Sana duduk.”
Siswa itu pun duduk di bangku biasanya, berada di pertengahan, di barisan urutan kedua dari depan dan keelima dari belakang. Ia duduk bersama sahabatnya, seorang perempuan manis tetangga kompleknya.
“Hai, Mil. Terlambat lagi?” tanya sahabatnya. “Biasa, Zah, ayahku lama banget, naik motornya enggak bisa ngebut,” jawab siswa itu kemudian duduk. Dan saat itu juga pembelajaran Akidah Akhlak pun dilanjutkan kembali.
Hari ini pembelajaran akidah akhlak membahas tentang asmaul husna atau nama Allah , belajar mengenai aama Allah Al-Muhyi, Al-Mumit, dan Al-Baqi. Guru pun menjelaskan dengan sedikit bercerita tentang Asmaul Husna. Dan kemudian, kelas yang berisi 20 siswa itu dibentuk menjadi tiga kelompok untuk saling berdiskusi.
Masing-masing kelompok ada yang terdiri dari 7 siswa, yaitu dua kelompok. Dan satu kelompok lagi hanya ada siswa. pembagiannya kelompok dibentuk dengan cara berhitung. Jadi ada 3 kelompok di kelas itu. Kelompok satu kelompok Al-Muhyi, kelompk dua, Al-Mumit, dan ketiga, Al-Baqi. Dan Syamil, siswa yang terlambat tadi, mendapat urutan kelompok ketiga.
“Setiap kelompok wajib mencari dalil bahwa Allah mempunyai sifat tersebut, bukti bahwa Allah mempunyai sifat tersebut dan bagaimana cara meneladani sifat Allah tersebut . Silakan berdiskusi dan dibaca bukunya,” perintah sang guru. Para siswa pun menjawab serentak, “Okee, ustadz…”
Akhirnya semua siswa saling berdiskusi, mencari-cari tentang dalil, bukti dan cara meneladani sifat Allah tersebut. Hingga tak terasa, waktu berdiskusi sudah lebih dari 10 menit, tanda bahwa diskusi harus usai.
“Baik, diskusi selesai, nak,” ucap sang guru memberi tanda. “Silakan masing-masing kelompok memaparkan hasil diskusinya di depan. Dimulai dari kelompok pertama. Yaitu kelompok Al-Muhyi. Ayo silakan maju.”
Kelompok Al-Muhyi pun maju dan menjelaskan, “ Allah Subhanahu wat’ala mempunyai sifat Al-Muhyi yang artinya adalah maha menghidupkan. Adapun dalil bahwa Allah mempunyai sifat Al-Muhyi adalah adalah dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Qaaf ayat ke 43, yang bunyinya yaitu ‘Audzubillahi minasysyaitonirrojim bismillahirrahmanirrahi, innaa nahnu nuhyi wa numiittu wa ilainal mashir. Artinya sesungguhnya kami menghidupkan dan mematikan dan hanya kepada kamilah tempat kembali (semua makhluk). Adapun bukkti bahwa Allah mempunyai sifat Al-Muhyi adalah Allah menghidupkan manusia, hewan, dan tumbushan, Allah juga menghidupkan tanah dengan curahan air, Allah pula yang akan menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati pada hari kiamat nanti. Adapun cara meneladani sifat Alllah Al-Muhyi yaitu dengan cara ; satu, kita harus memelihara kelangsungan hidup sesama manusia. Dua keberadaan hiudp kita harus memberikan manfaat kepada orang lain. Dan tiga yaitu, kita tidak boleh berputus asa apabila mengalami kegagalan. Karena kita sering diajari bagaimana menjadi orang yang sukses, tetapi jarang sekali kita diajari bagaimana cara menghadapi kegagalan”
Mendengar itu, semua yang berada di kelas langsung bertepuk tangan. Dan sang guru pun merasa bangga, “Kalian kelompok pertama, hebat,” diacungkan dua jempol oleh sang guru. “Baik, silahkan ..Sekarang lanjut ke kolompok dua yaitu kelompok Al-Mumit.” Lanjut sang guru.
Dan kelompok kedua, yaitu Al-Mumit pun maju, mereka berdiri bersama mempresentasikan hasil diskusi, “ Allah Subhanahu wat’ala mempunyai sifat Al-Mumit yang artinya adalah maha mematikan. Adapun dalil bahwa Allah mempunyai sifat Al-Mumit adalah adalah dijelaskan dalam Al-Qur’an surah ghafir ayat ke 68, yang ustadznyinya yaitu ‘Audzubillahi minasysyaitonirrojim bismillahirrahmanirrahim, huwalladzii yuhyii wa yumiitu, faidzaa qadlaa amron fa innamaa yaquulu lahu kun fayakuun. Artinya yaitu Dialah (Allah) yang menghidupkan dan mematikan, maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya berkata kepadanya “jadilah”, maka jadilah dia”. Adapun bukti bahwa Allah mempunyai sifat Al-Mumiit adalah kematian adalah milik Allah. Apabila datang kematian, maka tidak ada seorangpun yang bisa menghalanginya. Meskipun dari segi sebab akibat, kematian itu bisa terjadi karena kecelakaan atau penyakit yang dideritanya, bahkan sama sekali tidak ada penyebabnya, tetapi kalau sudah ajalnya tiba, maka siapapun tidak dapat menghindarinya. Adapun cara meneladani sifat Al-Muhyinya Allah, kita harus mempersiapkan kematian agar dalam keadaan iman. Caranya adalah mengekang hawa nafsu kita untuk tidak melanggar larangan-larangan Allah, ikut menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar, membunuh semua prilaku yang ada pada diri kita, mengorbankan kepentingan pribadi dan lebih mengutamakan kepentingan umum, dan memberantas hewan yang dapat mendatangkan penyakit, seperti nyamuk dan hama tanaman.”
Suasana kelas makin ramai dengan tepuk tangan. Sang guru berkata lagi, “Kelompok kedua juga hebat. Kalian ini memang siswa-siswi cerdas. Sekarang mari lanjut ke kelompok tiga, yaitu kelompok Al-Baqii”
Syamil dan kelompoknya pun maju, “Assalamualaikum wr. wb,” ucapan salam dari Syamil ketua kelompoknya. “Wassalamualaikum wr. wb,” jawab seisi kelas.
“Lanjutkan, nak. Sampaikan apapun dari hasil diskusi kalian,” ucap sang guru.
“Selanjutnya, sifat Allah yang selanjutnya adalah Al-Baqii,” ucap Syamil ketua kelompok, “Ada yang tahu apa arti Al-Baqii?” “Maha Kekal,” jawab Fahmi, anggota kelompok dua. “Mantap. Ya, benar. Al-baqii adalah maha kekal. Maka salah satu Allah adalah Dia maha kekal. Adapun dalil bahwa Allah mempunyai sifat Al-Baqii, dalam Al-Qur’am surah Al-Qashshash ayat delapan puluh delapan dijelaskan,ustadznyi nya yaitu, ‘Audzubillahi minasysyaitonirrojim bismillahirrahmanirrahim, kullu syai’in Halikun illa wajhah, yang artinya, tiap-tiap sesuatu pasti akan binasa, kecuali Allah. Adapun ustadzkti bahwa Allah maha kekal atau Al-Baqii adalah pada hari kiamat nanti semua makhluk akan binasa, kecuali Allah. Allah adalah satu-satunya Dzat yang maha kekal. Adapun cara meneladani sifat Al-Baqii ini adalah mengaitkan segala aktivitas yang kita lakukan hanya karena Allah. Kita lakukan ibadah, zakat, puasa, dan sedekah lainnya harus karena Allah. Karena amal ibadah yang karena Allahlah yang akan menemani kita dari Alam barzakh sampai di akhirat nanti ”
Selesai memaparkan hasil diskusinya, kelompok ketiga diberi tepuk tangan yang meriah. Dan sang guru pun tersenyum bangga.
“Al-Baqii kan nama ayahnya Fahmi, lengkapnya Abdul Baqii” sahut Ramzi, teman satu bangku Fahmi. Para siswa pun langsung tertawa, “Hahahahaha…” “Berarti ayahnya hambanya yang maha kekal dong,” ucap ketua kelompok dua, Lina. “Wuuhhh, iya,” sahut Fahmi. “Jelas hambanya Yang Maha kekal dong, ayahku gitu loh.”
Suasana kelas makin ramai dan sedikit gaduh, ustadz guru pun menengahi, ia berdiri dan bertepuk tangan dan kelas pun langsung terfokus kepadanya. “Baik nak, silakan duduk,” ucapnya memerintahkan kelompok tiga untuk duduk. “Oke cukup anak-anakku yang cerdas, terimakasih atas penyampaian hasil diskusinya. Beri tepuk untuk kita semua.” Seluruh kelas pun bertepuk tangan. Kini kelas semakin gemuruh. Gemuruh keembiraan.
Sang guru berjalan memosisikan dirinya di depan kelas, lalu memberi pesan ke siswa-siswanya, “Jadi Allah subahanu wata’ala itu mempunyai sifat, menghidupakan, mematikan dan Kekal. Semua makhluk hidup diciptakan dan dihidupkan oleh Allah. Semua makhluk hidup telah ditentukan masa hidupnya oleh Allah, karena Allah-lah yang akan mematikan pada waktu yang telah ditentukan. Tidak ada seorangpun atau makhluk hidup yang bisa menghindari kematian. Dan Allah itu maha kekal, sementara semua makhluk akan bnasa nanti diakhirat” “aku pernah baca ustadz, katanya karena Allah bisa menciptakan dan menghidupkan, tentunya Allah pasti bisa mematikan dan kita harus mempersiapkan kematian kita agar tetap dalam keimana kepada Allah” sahut Lina. Sang guru bangga, “Hebat, nak. Teruslah membaca dan berguru, perbanyaklah pengetahuanmu dengan banyak membaca dan berguru, sehingga keimanan kita semakin bertambah dan kuat. Ingatkah dengan wahyu pertama yang diturun pada nabi Muhammad, apa perintahnya?”
Sejenak suasana kelas hening, para siswa saling tengok, bertanya-tanya. Namun terdengar satu suara, “Iqra, ustadz.” “Ya, benar sekali, Syamil, iqra atau perintah untuk membaca. Sederhana saja, Allah swt memerintahkan Nabi untuk membaca, dan Nabi menyampaikan wahyu itu kepada umatnya termasuk kita. Dan apa manfaat membaca? Jelas, kita akan semakin banyak mengetahui. Dan jika semakin banyak tahu, maka kita akan semakin cerdas dan menambah keimanan kita kepada kepada Allah.” Seluruh siswa seakan terhipnotis dengan omongan sang guru, semua terfokus padanya.
“Selain itu, kita yang sebagai mahkluk yang diberi akal, sudah sepatutnya untuk melaksanakan perintah-Nya. Terkhusus menghadapi kematian yang tidak dapat dihinadri oleh siapapun. Apakah kalian siap menjadi orang-orang yang menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larang-Nya?” “Siap, ustadz,” ucap serentak para siswanya. “Dan siapkah untuk menjadi orang-orang yang selalu menjaga kesehatan, sehingga terjaga keberlangsungan hidup?” “Siap, ustadz.” “Ya, kami pasti siap, ustadz,” ucap Syamil. “Lalu siapkah kalian untuk senantiasa mengekang dan membunuh prilaku yang tidak baik dari diri kita?” “Siap, ustadz”
Mendengar itu, sang guru semakin bahagia, “Kalian adalah siswa-siswiku yang cerdas, yang saleh. Kelak kalian akan menjadi orang besar, menjadi orang-orang hebat yang akan memajukan negeri ini. Kalian harus menjadi manusia yang baik, berguna bagi bangsa, negara dan agama. Siap?” “Kami siap, ustadz,” jawab para siswanya lagi.
“Dan ingatlah terus, nak, dengan apa yang sudah kalian pelajari hari ini,” tegas sang guru.
wuih
BalasHapus