Gerhana, Pandangan Zaman Doeloe dan Sekarang (Islam)
Manusia sebagai makhluk penghuni bumi yang mempunyai selain panca indra juga memiliki jangkauan akal dan pikiran yang bertingkat-tingkat sesuai perkembangan ilmu dan tekhnologi dalam lingkungan yang diselaminya
Dalam masalah gerhana ini, orang zaman dulu diketahui sangat berbeda dengan zaman sekarang. Masyarakat Indonesia zaman dulu, khususnya Jawa, percaya bahwa gerhana disebabkan oleh Batara Kala, sesosok raksasa besar (Buto). Ia adalah raksasa jahat yang punya keinginan memakan Matahari dan Bulan.
Supaya Matahari dan Bulan tidak ditelan oleh Batara Kala, dan supaya dimutahkan kembali, masyarakat Jawa biasanya membunyikan atau menabuh berbagai alat, seperti kentongan, bedug, bambu atau bunyi-bunyian lainnya. Konon, cara ini ampuh untuk mengusir Batara Kala.
Sebagian kalangan meyakini bahwa matahari dan bulan adalah sepasang kekasih, sehingga apabila mereka saling berdekatan, maka akan saling memadu kasih sehingga menimbulkan gerhana sebagai bentuk percintaan mereka.
Hingga kini masih ada sebagian masyarakat yang meyakini bahwa wanita yang sedang hamil diharuskan bersembunyi di bawah tempat tidur atau bangku saat terjadi gerhana matahari, agar bayi yang sedang dikandung lahir tidak dalam keadaan cacat (wajahnya hitam sebelah).
Adapun Masyarakat Arab pra-Islam memandang gerhana sebagai sesuatu yang menakutkan. Gerhana adalah pertanda sesuatu yang buruk akan terjadi, baik dari kematian maupun kelahiran. Gerhana adalah sumber bencana dan malapetaka. Dalam perspektif sekarang, kita dapat mengatakan bahwa semua pandangan tersebut bersifat primitif.
Pandangan primitif itu masih hidup saat Islam datang. Ketika putra Nabi Muhammad, Ibrahim, meninggal, yang bersamaan dengan terjadinya gerhana matahari, mereka mengatakan bahwa gerhana itu terjadi karena kepergian putra Nabi Muhammad. Dalam konteks itulah Nabi Muhammad bersabda:
“Matahari dan bulan adalah dua tanda kebesaran Allah. Keduanya mengalami gerhana bukan karena atau sebab bagi kematian atau kelahiran seseorang.”
Selanjutnya Nabi Muhammad menganjurkan untuk melaksanakan salat, bertasbih, berzikir, bertahlil, bersedekah, dan memerdekakan budak.
Dengan pernyataan dan anjuran Nabi tersebut, Islam jelas menepis segi mitis dan primitif dari pandangan masyarakat Arab pra-Islam tentang gerhana.

mantap
BalasHapus