Dahulukan Akhlak dari pada Ilmu !
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) semester genap telah berakhir dengan diakhiri oleh kegaiatan Penilaian Akhir Tahun (PAT) secara online atau daring. Bahkan hari ini, Jum'at 11 Juni 2021 merupakan hari terakhir kagiatan PAT tersebut di MIN 14 Al-Azhar Asy-Syarif.
Selama satu tahun menemani para siswa secara jarak jauh dalam pembelajaran Tarbiyah Islamiyah untuk kelas 6, Akidah Akhlak untuk kelas 5, dan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) untuk kelas 3, tentunya tidak senyaman dan seenak waktu masa normal. Karena selama masa Covid ini, semua serba online dan pertemuan secara virtual.
Tapi semuanya itu sudah menjadi takdir dan ketentuan Allah SWT yang harus kita hadapi dengan keimanan dan ketakwaan kita kepada-Nya. Tinggal kita mengambil hikmah dan pelajaran yang positif dari masa covid yang mewabah selauruh dunia ini. Dari hal yang kecil dan sederhana, kita harus selalu bersih baik badan, pakaian, maupun lingkungan tempat kita tinggal, menjaga kesehatan dengan cara berolah raga, makan terartur dan sebagainya.
Terlepas dari bentuk Pembelajaran, baik jarak jauh, maupun tatap muka ketika masa normal, semua pembelajaran dari semua matapelajaran yang kita pelajari, baik dari mata pelajaran agama, maupun umum, harus betul betul membentuk kepribadian menjadi pribadi-pribadi yang berakhlakul karimah. Karena apalah artinya, berilmu tapi tidak berakhlak. Ilmunya tinggi tapi tidak tahu sopan santun, tatakrama, etika, dan adab.
sesungguhnya ditusnya Nabi Muhammad SAW kedunia ini, untuk meyempurnakan akhlakul karimah, akhlak yang mulia, bukan menyempurnakan ilmu. sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim ;
إنَّما بعثتُ لأتمِّمَ مَكارِمَ الأخلاقِ
Artinya: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia.”
Cukup jelas bahwa Nabi Muhammad diutus di dunia bukan untuk menyempurnakan ilmu atau apapun kecuali hanya untuk menyempurnakan akhlak. Akhlak lebih utama dibandingkan dengan apapun.
Nabi Muhammad SAW juga bersabda demikian:
إنَّ أثقَلَ ما وُضِع في ميزانِ المؤمِنِ يومَ القيامةِ خُلُقٌ حسَنٌ وإنَّ اللهَ يُبغِضُ الفاحشَ البذيءَ
Artinya: “Sesungguhnya perkara yang lebih berat di timbangan amal bagi seorang Mu’min adalah akhlak yang baik. Dan Allah tidak menyukai orang yang berbicara keji dan kotor” (HR. At Tirmidzi )
Jadi jelas bahwa Rasulullah amat mementingkan akhlak daripada apapun, termasuk ilmu. Berilmu juga harus berakhlak. berilmu tapi tidak berakhlak, tidak jauh bedanya dengan orang-orang (Bani Israil) mereka pintar-pintar, tapi mereka tidak berakhlak, tidak beradab, dan bahkan tidak bermoral.
Jadi dengan kita belajar Akidah Akhlak di sekolah, maka kita harus menjadi orang berakhlakul karimah. Selalu sopan santun sama orang tua, guru, dan semua orang yang diatas umur kita. Disamping berakhlak baik dengan sesama manusia, juga berakhlak dan beradab kepada ilmu yang kita pelajari, apalagi beradab kepada Al-Qur'an yang kita baca dan hafalkan setiap hari, misalnya usahakan berwudu sebelum membaca Al-Qur'an, membawa Al-Qur'an selalu dengan tangan kanan, menempatkannya selalu ditempat paling atas.
Jadi keberkahan ilmu yang didapat itu, bukan semata-mata kita selalu mempelajarinya, mengulang-ngulangnya, atau bermudzakarah, tetapi keberkahan itu karena kita selalu mengedepankan akhlak, sopan santun, tatakrama, dan selalu menghormati guru, orangtua dan orang-orang yang berilmu.
Semoga kita menjadi orang yang berilmu dan berakhlak mulia. Amin.

Diskusi