Siti Khodijah (4)
Setelah usai perkumpulan itu, Khuwalidpun masuk kamarnya. Di dalam kamar, Khuwailidpun lama berbincang sama istrinya (fatimah binti Zaidah bin al asham). kemudian merekapun keluar dari kamarnya. Terlihat wajah mereka ceria dan ada tanda-tanda bahagia. Khuwailid duduk di halaman rumah bersama istrinya, Fatimah yang kelihatan berseri-seri.
Mereka (Khuwailid dan istrinya) memanggil putrinya, Khodijah. Khodijahpun datang berjalan dengan wajah malu-malu, lalu berdiri di hadapan ayahnya, Khuwalid, dengan wajah berkilau dengan Cahaya senter terpantul di wajahnya sehingga menambah kecantikannya. Khuwalidpun memandang Khodijah dengan penuh berseri-seri. Khodijahpun tidak duduk kecuali setelah ayahnya mengizinkkan dia duduk, seraya berkata; "duduklah Khodijah ! akan ayah ceritakan kepadamu sesuatu. Ayah ingin tahu apa pendapatmu yang jelas. dengarlah dan fikirkanlah. Janganlah memberi beban pada pertimbangan apa pun yang tidak kamu temukan dalam kesepakatan".
Khuwalid lama memandang wajah Khodijjah yang bulat, yang di bola matanya yang luas, lubang senyumnya, Khwalid berkata : "apa pendaptmu wahai Khodijah setelah menjamu para kafila Syam?"
Anak gadis itu menjawab pertanyaan dengan senyuman lebar, giginya yang tersusun rapi itu terbuka, bagaikan tangga yang tesusun. Khodijahpun berkata dengan penuh kesopanan; " rombongan yang hebat, dan perniagaan yang beruntung. Saya memahami apa yang direkomendasikan oleh para ilmuan kami di sana dari setiap komoditas yang menemukan permintaan besar di negara-negara itu, dan saya telah menyiapkan dengan persiapan yang terbaik, dan mengatur dengan aturan yang terbaik."
Diskusi