JUALAN KESUKAAN IBUKU (3)

Udara pada waktu subuh itu sangat sejuk, suara ayam berkokok seolah-olah menyambut kedatangan pagi hari yang penuh dengan keberkahan yang telah dijanjikan Allah kepada mahkuknya. Karena keberkahan orang-orang itu adanya pada waktu pagi-paginya. Begitulah jungjunan Nabi Muhammad bersabda.

Karena bercahaya dan mengeluarkan udara segar, waktu subuh dipandang sebagai makhluk hidup yang bernafas. Kalau pada malam hari pohon-pohon dan tumbuh-tumbuhan mengeluarkan racun, maka  saat subuh, pohon-pohon dan tumbuh-tumbuhan mengeluarkan oksigen alias udara pagi yang bersih dan sejuk. Napas waktu subuh itu berkah bagi manusia. Sebagaimana yang dijelaskan Nabi Muhammad SAW lewat doa untuk ummatnya “Allahumma barik li-ummati fi bukuriha” (Ya, Allah berikan keberkahan bagi umatku pada permulaan harinya.) 

Keberkahan waktu subuh itu mengandung fisik dan nonfisik atau spritual. Dari sisi spiritual inilah, dua rakaat shalat (sunah) fajar disebut oleh Nabi SAW, adalah “lebih baik dari dunia dan segala isinya.” (HR Muslim).

Menyambut keberkahan subuh, itulah seperti yang dilakukan oleh Ibu Rahmah. Setelah melaksanakan salat subuh berjamaah di musola dekat rumahnya. Dia melanjutkan persiapan usaha jualan kue surabinya di hari pertama ini. Tungku tempat menggarang tempat cetakannya dia ambil di depan rumah. Karena depan rumahnya meskipun bukan jalan besar akan tetapi lumyan banyak orang yang suka lalu lalang melewai rumahnya. Sehingga dia fikir akan banyak orang tahu bahwa ada yang jualan kue surabi di pagi hari untuk menyantap sarapan. 

Bu Rahmah pun mulai memasak kue surabi itu dengan memasukan adonannya ke cetakan yang sedang dipanaskan di atas tungku dengan kayu bakar. Katanya kalau tidak dengan kayu bakar rasa kue surabi itu tidak akan terasa rasa khasnya. Kue surabipun satu persatu sudah matang dan diangkatnya kemudian ditempatkan di tempat khusus perhidangan. Orang-orangpun mulai berdatangan untuk membeli surabi ibuku. 

“Berapaan bu surabinya?” tanya sorang ibu tetangga sebelah sambil mengambil selembar daun pisang yang telah disediakan untuk membungkus kue surabinya di saat ada yang membeli. 

“limapuluh rupiahan” jawab bu Rahmah sambil meniup niup bara api yang akan meredup dengan songsong kaya tabung, sebuah alat khusus terbuat dari bambu. 

“Beli lima ya bu, ambil sendiri aja yah” sahut ibu yang satu itu sambil mengambil surabinya dari tempat sajiannya. 

“Iya ambil aja sendiri tidak apa-apa” jawab bu rahmah sambil mengaduk-ngaduk adoan surabi yang akan dituangkan ke cetakannya. 

Tetapi Sekali-kali bu rahmah melayani pembeli yang enngan mengambil sendiri kue surabinya. Apalagi yang membeli adalah anak-anak, tidak mungkin mereka mengambil sendiri. 

Begitulah bu Rahmah sehari-hari menjalani kehidupannya dengan berjualan surabi untuk menambah biaya hidupnya yang selama ini sangat kekurangan. Berjualan surabi tidak speerti jualan pakain atau barang lainnya yang non makanan. Bisa disimpan dan tahan lama, tapi kalau jualan makanan resikonya kalau tidak laku yang sudah basi dan tidak kemakan. 

Lamanya berjualan surabi pada pagi hari, tidak sampai tiga jam. Setelah solat subuh, sekitar jam limaan mulai dan berakhir jam tujuan. Habis-tidak habis jualan ini harus berhenti dan langsung, bu rahmah mengerjakan yang lainnya, mengerjakan pekerjaan rumah yang tidak mungkin dikerjakan sama anak anak. Setelah itu harus menganter Rusman ke sekolah Tekanya. 

Bu Rahmahpun merapikan bekas jualan kue surabinya. Karena dia harus mengantar anaknya Rusman ke sekolah Tknya, dia cepat-cepat menyiapkan kebutuhan Rusman mulai dari pakaian sampai makanannya. 

“ Man !.... “  panggil bu rahmah kepada anaknya sambil membuka pintu dapurnya yang terletak belakang pas tempat jualan atau tungku kue surabinya. Terlihat Rusman yang sedang diajarin baca Al-Qur’an sama ayahnya. 

“sodaqollahul adzim” terdengar suara rusman sama ayahnya mengkahiri ngajinya. 

“besok habis salat subuh ngaji lagi yah ! jadi sekarang rusman siap-siap pergi sekolah” pesan ayahnya kepada Rusman, sambil mengambil Al-Qura’an kecil yang dipegang sama rusman untuk disimpan kemabli di atas Rak buku. 

“sudah ngajinya? ”  tanya ibunya sambil menaro tempat adonan surabinya di atas bangku kayu yang sudah setenga roboh. 

“Sudah mak” jawab Rusman, sambil membuka baju dan celananya didepan ibunya, maklum anak masih kecil belum punya malu. 

“Ya udah sekarang mandi yah, beranikan sendiri mandinya”  suruh ibunya untuk mamdi sendiri di tempat biasa, yaiutu jamban neneknya Rusman. Maklum keluarga yang sangat pas-pasan, mandi saja saja harus nebeng ditempat atau rumah tetangga, apalagi buang air besar harus ke kali atau ke WC umum. sangat jauh untuk dan tidak mungkin membuat kamar mandi dan Wc sendiri, jangan untuk hal itu, makan sehari-hari juga sangat susah. 

“Iyah berani” jawab rusman sambil lari dengan mebawa handuk dan tempat sabunnya. 

“Tidak usah lari, nak!” sahut ibunya sambil menyampiri suaminya yang sedang siap-siap pergi kerja. Suaminya yang kerja sebagai guru di sekolah SD yang lumayan jauh dari rumah. Tidak mungkin kalau jalan kaki, akhirnya pak Saman, nama ayah Rusman ini, punya sepedah ontel yang setiap hari dipake kerja. 

“Kang! mau pergi kerja sekarang?” sapa bu rahmah kepada pak Saman, suaminya sambil menyiapkan segelas kopi hitam dan kue ssurabi, sisa jualan tadi pagi. 

“Iyah nyi...” jawab suaminya yang kerja sebagai guru agama di sekolah SD luar desa sana yang harus ditempuh dengan spedah ontel dan menyisir jalan darmaga tepi sawah. 

“Gimana nyi, rusman sekolah di Tknya kemarin, tidak menangiskan?” pak Saman tanya balik istrinya terkait anak pertamanya yang baru masuk sekolah TK. 

“Alhamdulillah kang,  rusman tidak nangis, karena mungkin ditungguin yah” jawab istrinya sambil menyiapkan baju rusman lengkap dengan makanan sekadarnya, buat bekalnya. 

“iyah mudah-mudahan aja betah yah dan tidak nangis kalau ditinggal, karena anak-anak lainya pada tinggal, kang!  Tambah bu Rahmah pada suaminya yang lagi menikmati secangkir kopi dan kue surabinya. 

“Emaaak, aku sudah mandinya !” terdengar suara rusman yang baru selesai mandinya, memanggil ibunya. 

“Eh hebaaat anak ema,,, ayo sekarang pake bajunya yah, Sekarang ema mau nyiapin dulu bekal makanan buat Rusman yah” lanjut ibu menyuruh langsung memakai bajunya, sambil jalan ke dapur mengambil bekal makanannya. 

“Man.. gimana kemarin di sekolah, banyak temannya yah?” tanya ayahnya sambil memperhatikan anaknya yang sedang memakai baju. Terlihat Rusman sudah pintar kalau memakai baju. Tidak perlu dijarkan lagi. 

“iyah banyak teman pak” Rusman menjawab pertanyaan ayahnya sambil menghampirinya untuk meminta tolong disletingin celananya. 

“sini bapak bantu sletingin celananya” ayahnya lansung respon keinginan anaknya. 

“terimakasih ayah” balas Rusman sambil lari ke dapur menghamiri ibunya. 

“Oh iyah, gimana jualan surabinya, rame yang beli yah?” tanya suaminya sambil beranjak dari kursinya menuju kamar tidur, tdak lama keluar lagi sambiil bawa handuk, tuk siap-siap pergi mandi. 

“Yah alhamdulillah rame juga, mudah-mudahan lancar terus kang..” jawab bu Rahmah pertanyaan suaminya sambil mengambil sepatu Rusman yang ditaro di dapur bawah rak piring. 

“amiin yah mudah-mudahan” balas suaminya mengaminkan harapan istrinya itu sambil memegan daun pintu untuk keluar pergi ke WC umum. 

“Kang... ! aku pergi nganter Rusman” tambah istri memberitahu sekaligus izin sama suaminya bahwa dia sama rusman mau jalan. Karena tidak mungkin kalau menunggu dulu selesainya suaminya mandi, nanti akan terlambat, sedangkan jam sudah menujukan pukul 07.45. hanya 15 menit punya waktu untuk jalan menganter anaknya sekolah. 

“Iyah hati-hati, aku juga langsung berangkat ke sekolah yah” sahut suaminya terdengar dari luar. 

Akhirnya bu Rahmah mulai jalan mengantar anaknya Rusman ke sekolahnya. Sepanjang dijalan, mereka berdua saling bercakap. 

“Nak ..! sekarang ibu tidak menunggu di sekolahan yah, karena tidak boleh sama ibu guru, menunggunya di rumah saja, katanya. Yah tidak apa-apa yah, Rusmankan sudah pintar sudah banyak temanya. Lihat tuh di halaman sekolah tidak ada orangtua yang sedang meninggu kan, karena memang tidak boleh?” mendengar penjelasan ibunya, Rusman pun sedikit kecewa, kelihatan dari mukanya. 

“Ya.. ema, akukan belum berani ditinggal” sahut Rusman sambil termenung sebentar.

“tidak boleh begitu, Rusman, anak cowo ema,  harus jadi pemberani, seperti teman-temannya, yah” ibunya meyakinkan anaknya supaya menjadi orang pemberani seperti teman-temannya yang juga tidak tungguin sama ibunya. akhirnya rusman kecilpun mengerti dan langsung berkata ;

“Ya udah ema, aku mau seperti teman-temanku jadi pemberani” sahut Rusman akhirnya mengerti.

“Alhamdulillah, anak ema yang pintar, begitu dong” ibunya memuji rusman sambil memegang pundaknya.

Sesampai di sekolahnya, Rusman langsung salim sama ibunya dan langsung lari menuju kelasnya. kali ini betul-betul bu Rahmah tidak menunggu anaknya di depan sekolah. Dia pulang ke rumahmya langsung, setelah melenggangkan tangan kanannya kepada anaknya yang dari kejauhan mengucapkan dadah. 

Bu rahmahpun meninggalkan sekolahnya rusman, dia kembali ke rumahnya. Sesampainya di rumah, bu rahmahpun mengerjakan sebagain pekerjaan rumahnya yang belum dikerjakan, mulai dari menyapu sampai menggosok pakaian. 

Tidak terasa jam sudah menujukan pukul 09.30 pertanda, Rusman suadah selesai pemebelajarannya. Bu rahmahpun langsung menjemputnya. Dengan jalan kaki yang sedikit mempercepatnya karena takut anaknya sudah menunggu sendirian disana. Seampainya di sekolah, Rusman kecil memang betul sudah menunggu sendirian. Teman-teman sekelasnya sudah pada pulang dijemput sama orangtuanya masing-masing. Kelihatan dia sedang duduk sendirian ditemanin sama bu gurunya.

“ema...., ko lama sih, aku dari tadi menunggu ema..” langsung Rusman memanggil ibunya yang baru datang itu sambil tanya kenapa terlambat. 

“iyah maaf, ema tadi ada kerjaan rumah, eh tidak terasa, tau-tau sudah jam setengah sepuluh, akhirnya ibu langsung kesini, karena ingat Rusman” sambut ibunya ketika anaknya dari kejauhan sudah memanggilnya dan merangkulnya ketika sudah mendekatnya. Terlhat di wajah Rusman kecil, kecewa dan sedih atas pengalamanya yang baru dirasakan. 

Begitulah sehari-harinya keluarga itu. Baik yang dilakukan ibu rahmah mulai dari jualan kue surabi pada waktu pagi, maupun suaminya tiap hari pergi megajar dengan spedah ontelnya menyisir darmaga pesawahan.

Pak Saman, ayah Rusman setiap hari menggoes sepedahnya ke sekolah tempat mengajarnya. Maklum seorang guru jaman dulu apalagi di kampung, serba terbatas dan pas –pasan dari segi gaji yang didapatkan. Sementara kebutuhan melebihi dari penghasilan sehari-hari. Oleh karena itu ibu Rahmah, istri dari pak Saman ini sangat bersemangat dalam mencari uang dengan cara berdaganng apa saja selama bisa diikerjakan, demi memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membiayai anak sekolah meskipun anak pertama yang baru masuk TK dan yang ke duan baru usia tiga tahun. 

Sebenarnya bu Rahmah selalu bertanya dan merasa heran kenapa gaji suaminya hanya sedikit sampai tidak cukup memenuhi kebuttuhan sehari-hari, padahal ada teman suaminya yang sama-sama satu pekerjaan dan sama PNS, hidup serba cukup, tidak susah seperti yang mereka alami. Terkadang dia suka ingin bertanya kepada istri-istri teman suaminya itu. Mau menanyakan soal gaji yang di dapat selama ini, sama dengan suaminya, sedikit sekali sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tetapi hal itu sangat tidak mungkin, kalau itu dilakukan. Setidaknya akan menjadi masalah antara dia sama suaminya. Bakal jadi pertanyaan bagi suminya terhadap dirinya yang tidak percaya akan gaji suminya selama ini. Suasana keluarga pastinya akan menjadi tidak harmonis, karena sudah tidak ada lagi saling percaya diantara mereka. 

Tetapi  rasa penasaran untuk selalu ingin bertanya kepada para istri teman suaminya itu selalu ada bahkan keinginan yang tinggi sekali. Karena dia merasa heran sewaktu-waktu kalau suaminya pernah sampai tidak bawa gaji sama sekali. Kenapa sampai seperti itu, dipake apa gajinya sampai habis tidak bisa membagi untuk menafkahi keluarganya. Istrinya semakin heran akan semua ini. 

Tapi terkadang semua masalah itu suka tertutupi dengan sikap suaminya yang bisa meyakinkan bahwa dia suaminya selama ini tidak pernah membohonginya. Apalagi kalau suaminya suka memberikan dukungan bahkan membantu dia setiap kali berjualan atau usaha apa saja, Dari Jualan kue surabi, minuman kopi disaat ada pesta agustusan, pengajian, samenan, bahkan kalau ada film layar tancap di kampung suka membuat stand minuman, teh, susu atau kopi. Bahkan suaminya juga pernah membuka usaha dengan membuat tambak ikan mas, berternak ayam sayur atau ayam telor, bahkan suaminya itu sampai pernah berjualan sayuran keliling kampung. 

Membuka usaha yang dilakukan oleh pak saman, suaminya bu rahmah itu tentunya dari segi keberhasilan, sangat berbeda sekali. Setiap usaha yang dilakukan oleh bu rahmah, istri pak saman ini selalu membawa keberuntungan dan paling tidak balik modal, kalau untungnya tidak ada juga. Tetapi sebaliknya, usaha yang dilakukan oleh suaminya itu selalu berujung kepada kerugian dan kebangkrutan. Disamping itu, usaha yang dilakukkan suaminya selalu tidak diimbangi dengan perhitungan yang matang dan selalu usahanya dengan modal hasil pinjaman atau kredit, sehingga kalau gagal usahanya, bukan keberuntungan yang didapat malah menumpuk hutang. Perbuatan seperti ini sering dilakukan oleh suamiya bu rahmah. 

“Assalamu’alaikum,,,, “  suara salam dari luar sudah tidak asing lagi bagi bu rahmah yang sedang asik sibuk dengan pekerjaan rumahnya. 

“Walikumsalam .... “  jawab bu rahmah terhadap salam suaminya sambil menghampirinya dibarengi dengan Rusman dan disusul oleh adiknya yang perempuan, Rina. 

“hore ayah pulang” riang Rusman melihat ayahnya baru pulang itu.

“Rusmaaaannn,,, ade Rinaaa....” sahut ayahnya juga sambil memeluk kedua anaknya itu. 

“tadi gimana sekolahnya man.... ?” lanjut bertanya ayahnya sama rusman.

“tadi aku berani ditinggal sama ibu yah jadi aku tidak ditungguin” Rusman memberi kabar ke ayahnya sambil menarik narik tangan ayah yang masih megang tas kerjanya. 

“Oh yah,,, wah hebat anak ayah, pemberani......”  puji sang ayah kepada anaknya sambil memegang kepala rusman.

Setelah itu akhirnya Rusman dan adik permpuanya Rina kembali bermain di depan teras rumahnya. 

Sementara bu Rahmah sama suaminya yang baru datang kerja itu berdua dalam rumah sambil ngobrol. 

“kang... nanti malam ada acara agustusan, panggung gembira di lapangan RW, aku mau jualan kopi yah”  bu Rahmah mulai pembicaran dengan meminta izin kepada suaminya untuk berjualan pada malam agustusan. 

“Ya boleh aja, emang ada modalnya?  ..” tanya suaminya sambil membuka baju kemeja dan menggantungkannnya pada kastop yang nempel dipintu kamar tidur. 

“Modalnya,, ya ada sih... tapi kalau mau nambahin, bolehlah buat nambah, biar tidak Cuma julan kopi saja.” Jawab bu rahmah pada suaminya sambil minta ditambahin modalnya untuk nambah jualan makanannya tidak sekedar kopi . 

“maaf bu.... tidak ada, uang gajian akang cuman yag kemarin dikasih” sambut pak Saman, suaminya merespon keinginan istrinya meskipun dengan tangan kosong  menerimanya. 

“ ya udah kalau tidak ada mah kang, ..” bu rahmah pun menanggapi pernayataan suami itu dengan sedikit kesal, karena heran, setiap kali dipinta uang, selalu berkata tidak ada, tidak punya, dan habis. Tapi bu rahmah pu sudah biasa mendengar seperti itu dari suaminya. 

“ ya udah kang, nanti bantuin bawaiin mejanya buat naroh dagangannya yah “  bu Rahmah menutup obrolan dengan suaminya dengan meminta untuk dibawaain meja tempat jualannya ke dekat panggung gembira malam agustusan di lapangan RW yang sekitar duaratus meteran dari rumahnya. 

Jam pun sudah menunjukan pukul 06.40 sebentar lagi waktu magrib tiba. Bu rahmahpu segera siap-siap sebelum shalat magrib, perlengkapan dagangan yang akan dipajang nanti sudah rapi. Tinggal menggontong setelah salat magrib. Dia memeriksa lagi gangangannya, mulai dari gula, kopi, susu, teh, sampai makanan ringannya, seperti kacang rebus, jagung rebsus, singkong dan ubi rebus. 

Setelah shalat magrib, bu rahmah pun menyiapkan anak-anaknya untuk ikut jualan sambil nonton hiburan malam agustusan. Sementara suaminya pak Saman, sedkit dikit mengangkut barang-barang dagangannya ke lapangan RW.  Pas menjelang isya, barang dagangannyapun sudah rapi dijajagin di atas meja. Tinggal menunggu acara malam hiburanya dimulai yang menurut jadwal setelah shalat isya. 


ORDER VIA CHAT

Produk : JUALAN KESUKAAN IBUKU (3)

Harga :

https://www.httpsruyatismail.my.id/2022/08/jualan-kesukaan-ibuku-3.html

ORDER VIA MARKETPLACE

Diskusi