SAATKU DI TAMAN KANAK KANAK (2)

Pagi itu sangat cerah, matahari mulai memancarkan sinarnya ke alam raya dengan lepas tanpa ada alang-alang dan awan. Orang-orang yang akan beraktifitas sesuai dengan pekerjaanya masing-masing mulai terlihat melewati sebuah rumah panggung tua yang dihuni oleh empat anggota keluarga, seorang ayah, seorang ibu, dan dua anak-anaknya yang satu masih usia empat tahun dan anak perempuanya yang masih dua tahun. 

Terlihat di depan rumah yang sering dilewatin orang pejalan kaki itu, seorang ibu  beranak dua, satu laki satu permpuan, dan bersuamikan seorang guru pns, sedang menjemurkan pakaiannya yang baru dicucinya. Jemuran yang terbuat dari tali tambang plastik yang melintang antara dua tiang, sebuah bentuk jemuran di kampung jaman dulu. Berbeda dengan jaman sekarang, jemuran itu kebanyakan terbuat dari besi almuniun tipis yang disusun secara rapi dengan tidak memakan tempat, tapi bisa memuat banyak jemuran yang lebih banyak. 

Hari itu adalah minggu kedua masuk kegaitan sekolah. Awal tahun ajaran baru, sudah mulai lagi berjalan. Semua sekolah baik dari SD,SMP,SMA sudah memulai kembali kegiatan belajar mengajarnya setelah melewati hari libur beberapa minggu yang lalu. 

“Man ! siap – siap sekolah ! ayo mandi sana !, nanti terlambat” Panggil ibu yang bernama Rahimah itu, kepada anaknya yang bernama Rusman yang baru seminggu masuk sekolah TK.

“Iyah mak” jawab Rusman. anak yang masih usia lima tahun itu dan adiknya Rina masih 3 tahun, sambil mengambil anduk yang menggantung di jemuran tapi dia belum bisa mengambbinya sendiri, karena jemuran itu bagii anaknya terlalu tinggi.

“mak tolong anduknya dong, aku tidak nyampe” Rusman akhirnya minta tolong sama ibunya yang sedang menjemurkan pakainnya itu. 

“oh belum nyampe yah, makanya, makan yang banyak, biar cepat gede cepet tinggi. Nih anduknya” sahut ibunya sambil mengambikan anduk untuk anaknya. 

“hehehe... “ Rusman merespon dengan tawa mendengar ibunya berkata seperti itu. 

“bilang apa dong, selain senyum” lanjut ibunya bertanya sikap apa yang dilakukan anaknya yang telah dikasih pertolongan itu. 

“makasih eman”  Rusmanpu menjawab sambil tersnyum.

“Sama-sama” ibunya pun langsung membalas dengan senyuman yang sangat penuh kasih sayang seorang ibu, bagaikan tiupan angin semangat yang menusuk ke tubuh sang anak tercinta.

“Eh,,, adikmu, Rina sedang apa, ?” ibunya sempat menanyakan adiknya rusman, taku kenapa-kenapa, maklum anak baru 3 tahunkan baru bisa jalan, apalagi ini anak perempuan yang biasa perkembangan untuk bisa jalan itu sangat lama dibanding pperkembangan berbicara. 

“Lagi, main boneka ma, di kamar” jawab rusman sambil membawa anduk mandinya. 

Karena adik rusman yang bernama Rina itu kelihatan anteng, bermain sendiri. maka Sehabis menjemurkan pakaiannya, ibu Rusman pergi ke kamar mandi yang ada disebelah rumah neneknya. Maklum rumah panggung jaman dulu, mandi itu selalu ditempat umum, jarang sekali rumah yang sekaligus punya kamar mandi. Bahkan terkadang kamar mandi umum lagi rame atau keluarga ini mandi di sungai Cimande yang berada sekitar duaratus meteran belakang rumah. 

Adik rusman, Rina, sengaja tidak mandi bareng, soalnya waktunya akan lama. Karena hanya sekitar duapuluh menit lagi punya waktu untuk ke sekolah Rusman. 

Akhirnya Rusman mandi dengan dibantu sama ibunya, di kamar mandi kepunyaan nenek. maklum anak sekecil dia, masih harus dibimbing segalanya, termasuk mandinya. 

“bismillahhirrahmanirrahim” ibu Rusman menuntun basmalah sambil mengguyurkan air dengan gayung bambu. Begitu juga Rusman mengikutinya dengan terbata-bata. Sampai selesai sudah rusman mandi dengan dibantu ibunya. 

“alhamdulillahirobbil a’alamin” sudah selesai mandinya, Ayo pake anduknya” kata ibunya sambil membantu menggosok gosok badan rusman dengan handuk. 

“Ayo sudah kering, kita jalan” kata ibunya sambil jalan menuju rumahnya kembali. Setelah tiba di rumah ibunya pun langsung mebyiapkan baju sekolah rusman. Karena jam sudah menunjukan pukul 07.10 berarti hanya punya waktu 20 menit lagi untuk siap-siap menuju sekolahnya Rusman yang letaknya sekitar 300 meteran dari rumahnya. 

Setelah itu ibunya mengambil nasi dan tumiis toge tahu, untuk dimakan yang sudah disiapkan dari pagi tadi. 

“Ayo sarapan dulu nak, biar nanti di sekolah belajarnya kuat dan tidak lapar” katanya sambil disuapkanya ke mulut Rusman. 

“Iyah mak” jawab rusman sambil menelan nasi yang disuapkannya. 

“Dah sarapanya selesai, alhamdulillah” ibu langsung membimbing doa sudah makan, Rusmanpun sedikit-dikit mengikutinya. 

“Nanti kalau bu guru sedang nerangin dengerin yah !” ibu meruskan nasihatnya kepada Rusman sambil berjalan bareng menuju sekolah. 

Terlihat sepanjang jalan menuju sekolah Tknya Rusman, banyak orang-orang berbondon-bondon sambil berjalan kaki ke arah jalan raya utama. Berarti mereka semua ada yang pergi kerja di pabrik-pabrik sekitar jalan raya Rancaekek. Ada juga yang bekerja kantoran dan  Ada juga mereka adalah anak-anak SMP dan SMA yang sekolahnya tidak ada di dalam kampung. 

“Alhamdulillah sudah sampai di sekolah nak, ayo salim sama emak, terus masuk kelas yah, salim juga sama bu guru yah” sang ibu berhenti sambil menatap anaknya Rusman untuk segera masuk kelasnya. Karena terlihat didepan sekolah sudah sepi berarti sudah pasa masuk kelas. 

“Baik mak, dadah” Rusman sambil menarik tangan ibunya, dan kemudian lari menuju kelasnya. Rusman pun masuk kelas tanpa ketuk-ketuk pintu dulu, maklun anak kecil masih jauh dari tatakrama dan kesopnan. Terlihat  bu gurunya sedang duduk di kursinya. Sambil melihat-lihat siswa-siswainya

“ Hai Rusman... ayo cepat silahkan duduk yah !” sambut gurunya yang spontan lihat Rusman yang baru masuk. Sepertinya gurunya itu sudah memakluminya juga melihat anak-anak.

Rusman pun duduk diatas kursinya sambil pandangannya meihat-lihat teman-temanya 

Setelah Rusman duduk di kursinya, gurunya pun memualai pembelajaran. Mulai dari menyapa anak-anak, ice breking, pemebrian materi sdengan bermain sampai kepada penutupan. 

Sementara ibunya yang menunggu di luar duduk di tas bangku yang disediakan bagi para orangtua yang hendak meninggu anaknya. Ibu rahmahpun pikirannya membayangkan keadaan hidup keluarga semakin susah. Jangankan untuk membiayai sekolah buat makan sehari-haripun betapa susahnya. Dalam fikirannya berkata, semoga kedepannya demi anak-anak yang kudidik nasib akan berubah menjadi baik. Karena meskipun suaminya sorang guru pns juga, tetapi kenyataannya sangat tidak harapkan. Karena setiap gaji yang didapatnya disamping tidak mencukupinya juga terkadang habis dijalan atau dibayarkan hutang piutang. Bu Rahmahpun mutar otaknya, sambil berkata dalam fikirannya. 

“aku harus berkerja, berikhtiar, untuk menjemput rezkiya yang sudah Allah siapkan. Tetapi aku harus berusaha apa dan bagaimana yah. apakah aku harus belajar berdagang kaya orangtuanya selama ini. Tetapi mau jualan apa dan dari modalnya.” 

Ibu Rahmah selalu berfikir, sambil berkata dalam hatinya, “apakah aku harus pinjam dulu modal sama orangtuaku? Oh iyah kaya harus pinjam dulu, kalau tidak harus pake apa dan dari mana lagi. Terus kalau sudah ada modalnya mau julan apa yah. oh iyah gimana aku jualan kue surabi yah, tiap pagi. Iyah aku mencoba jualan surabi setiap pagi, biar orang-orang bisa sarapan pagi. Modalnya aku akan coba pinjam ke ibuku”

Itulah lamunan dan ide dalam fikiran ibu Rusman selama menunggu anaknya, Rusman yang sedang belajar. Alhirnya tidak lama kemudian, tidak terasa sudah dua jam ibu Rusman menunggu anaknya. 

“Emaaak !”  suara anak kecil yang memanggil emak. Ternyata anaknya sudah ada dibelakangnya sambil memegang tangannya. 

“Eh... Rusman, kaget ema,  sudah selesai belajarnya?” sambut ibu Rusman sambil melihat wajah rusman yang sedikit memerah yang menadandakan kelelahan. 

“sudah mak, ayo kita pulang !” jawab Rusman spontan kepada ibunya yang dari tadi sedang menerawang dan memikirkan masa depan anaknya. 

“Ayoo...!, sudah salim dan pamit sama bu guru?” tanya lagi sang ibu kepada anaknya yang sudah tidak sabar ingin pulang. 

“aku udah pamit dan salim mak” Rusman kecil spontan menjawab ibunya, kaya anak dewasa saja. 

“oh  hebat.. anak emak yang pintar, ayo jalan....” . sambut ibunya sambil memuji. 

Mereka berduapun mulai jalan pulang. Menitih jalan desa yang cukup rame orang yang lalu lalang walaupun jalannya tidak sebagus jalan yang ada diperkotaan yang bersih dan beraspal. Melewati rumah-rumah juragan sawah yang tampak bangunan gedong agreng dan kokoh dengan hiasai oleh berbagai bunga, dikelilingi pagar besi yang paten, dan setiap ujung samping rumahnyaya pasti dilengkapi mobil-mobil, baik mobil kecil untuk keluarga, maupun mobil truk dan kol buntung sebagai perlengkapan sebagai juragan tani sawah. Ibu Rahmah dan Rusman anaknya kelihatan terpesona dengan pemandangan rumah-rumah yang mereka lalui itu. Bahkan Rusman kecil celoteh sama ibunya.

“Mak...bagus sekali rumah rumahnya yah... punya siapa sih mak?” tanya Rusman kepada ibunya sambil menunjuk rumah rumah disamping kiri dan kananya. 

“Iyah... bagus, rumah itu punya orang kaya,  yang banyak sawahnya” kata ibu Rusman sambil menatap wajah anaknya yang kelihatan banya mau tahu. 

“Rusman mau rumah kaya gitu?” lanjut ibunya iseng nanya anaknya untuk mencoba dan mau tanggapannya. 

“Mau dong mak.... gimana cara mak?” jawab langsung semakin kepo saja dihadapan ibunya sambil menanyakan caranya. padahal dalam hatinya ibu, tergoncang penu kegelisahan karena merasa kondis leluarga yang penuh liku-liku dalam menjalani bahtera keluarga. 

“caranya.... ya harus rajin belajarnya” jawab ibunya sambil menatap wajah anaknya yang penuh keluguan dan kejujuran itu. 


ORDER VIA CHAT

Produk : SAATKU DI TAMAN KANAK KANAK (2)

Harga :

https://www.httpsruyatismail.my.id/2022/08/saatku-di-taman-kanak-kanak.html

ORDER VIA MARKETPLACE

Diskusi