Dukungan Khodijah Terhadap Dakwah Rasulullah SAW

Suatu hari Rasulullah SAW dengan keadan cemas dan penuh pikiran, menemui Khodijah. Khodijahpun mendekatinya sambil tersenyum dan merasakan apa yang dipikirkan suaminya, kemudian Khodijah bertanya dengan lembut; Semoga akan baik-baik saja wahai Rasulullah.. perbuatan keji orang-orang yang membenci agama Allah, bukan hal yang barukan ?

Rasulullah SAW pun memandang wajah khoidjah yang berseri itu dengan membacakan firman Allah; (surat Asy-syuara ayat ); Berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat.... wajah Khoidjahpun berseri dan bertambah cahaya, sambil berkata' benar wahai Rasulullah, kalau begitu, mesti engkau mengajak kerabatmu yang dekat dahulu, sampaikan risalah tuhanmu sampai mereka mendengar firma-Nya, dan merenunginya. Mereka dibutakan oleh apa yang orang lain terima dari anugerah Tuhan. Dan siapakah wahai Rasulullah yang lebih berhak mendapatkan kebaikan yang besar selain kedua kerabat terdekat tersebut? 

Bukankah engkau wahai Rasululah, mengajak kepada kebaikan, kepada jalan yang lurus? sesungguhnya Allah bersamamu, Dia tidak akan mencampakkanmu, tidak akan meninggalkanmu. serulah mereka seperti yang diperintahkan TuhanMu, ajaklah mereka berbicara, bacakanlah mereka Al-Qur'an, semoga hati mereka luluh saat mereka mendengarkan kebenaran, jiwanya condong kepada kejujuran, menguasai syetan-syetannya, sampai mereka masuk agama yang benar, jika tidak, maka TuhanMulah yang akan membalas orang-orang yang dholim.

Akhirnya Khodijah menggagas untuk membuat makanan di rumahnya, kemudian Rasulullh SAW mengundang kerabat-kerabatnya sambil menjelaskan terkait dengan perintah Allah, mengajarkan agamanya, tujuan risalahnya, megajak mereka untuk kembali kepada kebenaran. sehingga dengan bertemu dertatap muka bisa membuat hati mereka yang membantu itu melunak.

Maka pada pagi harinya, Rasulullah SAW keluar mengundang para kerabatnya untuk menghadiri pesta makan yang sudah disapkan khodijah, dengan harapan mereka menerima dakwah nabi, masuk agama islam, tidak angkuh, tidak mengambil kehormatan dengan perbuatan dosa sehingga ursan selesai dan kembali kepada perdamaian.