KEHIDUPAN PESANTREN PENUH KENANGAN (7)

Udara itu begitu sejuk menghembus jendela kaca mobil. Pepohonan sepanjang jalan begitu asri dan rindang meneduhi pesisir jalan raya Ciparay Lemburawi. Perbukitan kelihatan hijau menandakan pepohonan di pegunungan itu masih lebat. Mobil yang ditumpangipun terus melaju ke atas dataran tinggi meniti jalan bersih asri yang tidak begitu ramai oleh kendaraan lainnya. Udara di dalam mobilpun mendadak sejuk setelah bebrapa jam yang lalu terasa gerah karena udara panas dan volusi kendaaran antara Majalaya dan Ciparay.

Mobil rombongan yang mengantar keluarga pak Saman pun akan segera sampai di pondok pesantren dalam beberapa menit. Itulah yang dilihat oleh pak Saman yang sudah mengetahui posisi pesantren itu pada waktu tiga minggu kemarin sewaktu dia survei bersama itri dan anaknya, tidak terkcuali  Rusman yang akan masuk di pondok ini. 

Ayo siap-siap sebentar lagi kita akan sampai. Kata pak Saman memberitahukan perjalannannya. 

Oh iyah, tuh kelihatan gedungnya nek. Kata Rusman ke nenek Amah yang ikut mengantarkan. Salah satu gedung pesantren itu memang keliahtan dari jalan Raya.saking gede dan tingginya. 

Akhirnya sampai rombongan itu ke pintu gerbang pesantren dan terus masuk ke halaman pesantren yang sudah disediakn bagi para pengunjung. Terlihat sudah banyak mobil mobil yang berparkir di halaman tersebut mennandakan begitu banyak hari itu, para orangtua yang mengantarkan anak-anaknya. Baik santri yang lama maupun santri baru.

Setelah parkir di halaman itu, mereka, rombongan pak Saman turun dari mobilnya. Barang-barang keperluan Rusmanpun di keluarkannya. Sambil melihat lihat suasana pesantren yang begitu ramai dengan para santri yang masih bebas belum ada kegiatan. Pak Samanpun beserta Rusman dan Istrinya langsung menuju rumah pimpinan pesantren, bertujuan untuk menitipkan sekaligus menyerahkan anaknya, Rusman kepada kiai, untuk dididik, diajari dan dibimbing segalanya. 

Man, ayo kita ke rumah pak kiai dulu, biar ayah titipkan kamu kepada kiai, dan minta doanya biar kamu disini betah dan dilancarkan belajarnya !  kata pak Saman kepada anaknya, Rusman yang dari tadi sudah siap ditempatkan di kamar yang sudah disediakan oleh panitia. 

Iyah ayah, sama ibukan? Sahut ibu Rahmah, ibu Rusman bertanta kepada suaminya. 

Iyah sama ibu, biar kenal sama kiai, Rusman juga biar diketahui, asalnya dan anak siapa, dan yang penting minta  doanya buat kita semua, kususnya buat anak kita. Begitu penjelasan dari pak Saman ke keluarganya yang menunggu di tempat parkiran sambil melihat lihat pemandangan yang indah dalam suasana pesatren. 

Akhirnya mereka, pak saman, Rusman dan ibunya masuk ke rumah kiai ternyata di dalam rumah kiai, banyak orang berdatangan bersilaturahmi, dan banyak juga sambil menyerahkan anaknya untuk dididik dipesantren ini seperti halnya niatan pak Saman.

Dalam rumah itu, tampak pak kiai sedang meladeni semua para tamunya. Untungnya para tamunya memahami dan mengerti situasinya, sehingga mereka tidak bisa berlama-lama mengobrol sama pimpinan pesantren itu. Setelah salam dan mengenalkan anaknya berikut menyerahkannya untuk dididik dan minta doa untuk kelancaranya, sudah para tamu itu, berpamitan lagi. Begitu juga yang dilakukan oleh pak Saman. Setelah menyalami kiai dengan kata-kata menitipkan anaknya, dan dikiuti oleh anak Rusman dan istrinya. Kiainya mendoakan. Seteah itu pak Saman dan Rusman keluar dari rumahnya pak kiai dan  menuju halaman parkir. Menemui lagi keluarganya yang sedang menunggu. 

Tidak diduga ternyata di halaman parkiran sudah ada saudara Agus. Anak dari Pak Memed, masih saudara jauhnya pak Saman yang tinggal sekampung. Agus ini sudah tiga tahun lebih duluan mondok di pesantren ini. sekarang mau masuk sekolahnya di bangku Aliyah. 

Gus...! Alhamdulillah ketemu juga disini, tadinya mau minta dipanggilin ke teman santrinya. Panggil pak Saman kepada keponakannya yang sedang menemani nenek Amah dan Rina, adik Rusman.

Iyah mang, kebetulan tadi kelihatan dari asrama ada Rusman. Jadi saya langsung menghampiri kesini. Jawab Agus yang berpenmpilan santri lengkap dengan peci dan sorbannya. 

Oh gitu, syukurlah. Jadi Rusman dapat kamar yang mana? Langsung Pak Saman bertanya kepada Agus perihal kamar yang didapatkannya. 

Oh nanti Rusman sekamar sama saya saja mang. Kata Agus kepada pak Saman. 

Oh ya udah, lebih baik kalau begitu. Sekalian nitip yah, Rusman yah gus, tolong dibimbing, diajarin, pokoknya bantu ajarin yah kalau ada pelajaran yang susah difahaminya. Yah..ujar pak Saman sambil membawa tas-tas bawaanya Rusman menuju kamar yang akan ditinngalin. Disusul dibelakangnya Rusman, ibunya, Rina dan Nenek Amah. 

Insya Allah mang, sami sami kita bersama-sama saja saling mengingatkan saling membantu dan saling pengertian. Jelas Agus yang berpostur kecil  tapi tampak sangat dewasa ini menghentikan jalannya tepat didepan pintu kamar nomor enam, asrama yang bernama Asysyuja’. 

Ini kamarnya, ayo masuk saja semua pak, tidak ada orang ko, belum pada datang. Agus Sekligus mempersilhkan Rusman yang sambil membawa tasnya dan keluarga pak saman yang mengantarkan. 

Merekapu masuk ke kamar nomer enam dari Asrama Asyuja’. Kamar yang luas enam belas meter persgi itu berjumlah duapuluh lima dan setiap kamarnya dihuni sepuluh orang santri. Tampak kamar yang penuh beisikan lemari disekelilingnya tidak ada bangku tidur. Berati tidur di tenga-tengah lemari itu. Hanya tikar untuk alas tidur mereka. 

Keluarga pak Saman pun duduk sambil istirahat, bu Rahmah langsung mengeluarkan sebagian makanan untuk disantap bersama. Agus tampak mempersiapkan lemari pakaian yang akan dipake oleh Rusman. Lemari yang berukuran tinggi satu meter dan limupuluh sentimeter lebarnya. Cukup untuk menaroh pakaian dan sebagian buku dan kitab. Karena lemari itu dalamannya dibentuk empat tingkat. 

Ini lemari memang sudah disediakn gus? Tanya pak Saman sambil melihat lihat lemari yang warna coklat itu. 

Bukan kebetulan lemari itu bekas santri lama yang sudah keluar tahun ini, jadi bisa diteruskan kemanfaatnya oleh santri berikutnya. Jadi alhamdulillah Rusman tidak membeli lagi. Kata Agus sambiil membersihkan lemari itu dari barang-barang yang sudah tidak digunakan dan akan membuangnya. 

Wah alahmdulillah atuh yah. kita tidak usah buat membelinya.kata pak Saman sambil menyantap makanan bakwan yang sudah disediakan dari rumah. 

Ya udah sekarang, sudah jam empat sudah sore, bapak dan ema mau pulang. Kamu disini baik-baik yah, ikuti peraturan pesantren, ikuti Aa Agus yah. jangan malu bertanya kalau tidak mengerti pelajaran dan belum ngerti mengaji. Rajin belajar, kalau bisa puasa senin kamis. Kata pak saman kepada Rusman yang sedang memasukin pakaiannya ke dalam lemari. 

Iya yah, tapi ayah nengokin Rusman kapan ? Rusman bertanya dengan dibarengi cucuran air mata 



Insya Allah ayah nengokin bulan depan yah, sambil ngasih bekelnya. Jawab pak Saman kepada Rusman sambil memeluk ibunya.

Ayo... sehat-sehat aja yah, yang rajin belajar dan ngajinya. Kata ibunya sambil mencium kening Rusman. 

Begitu juga nek Amah disalamin sama Rusman sambil memeluknya. Sok...yang betah yah, cari ilmu banyak-banyak biar jadi orang hebat nanti. Doa nenek Amah untuk cucunya begitu jelas dan lugas. 

Iyah nek....nenek sehat terus yah. kata Rusman. 

Merekapun rombongan mulai keluar dari kamar Rusman yang baru ditempatin itu. Kemudian menuju ke mobilnya yang parkir di tengah lapangan utama. Setelah semuanya masuk, mobilpun mulai melaju ke arah pintu gerbang. Dari luar kelihatan, mereka keluarga pak Saman semuanya melambaikan tangannya, ke arah Rusman yang sambil menyaksikan kepulangan keluarganya.

Dadah ka..... dadah.... teriak Rina saudara Rusman dari jendela sambil mengeluarkan tangannnya. 

Dadah...... ade.....

******************************************************* 

Allhu Akbar Allahu Akbar................. 

Suara adzan magrib telah berkumandang, waktu salat suda tiba. Para santri semuanya memulai bergegas masuk ke masjid untuk melaksanakan salat magrib berjamaah. Nampak sebagian ada yang menjadi petugas dan piket untuk mengingatkan dan mengarahkan para santri laiinya untuk cepat bergegas menuju ke masjid. 

Setelah kelihatan berkumpul semua di masjid, iqomahpun dikumadangkan untuk siap-siap melaksanakan salat. Setelah iqomah selesai, seseorang ada yang maju ke depan untuk jadi imam salat jamaah. Ternyata pak kiai yang tadi siang Rusman ke rumahnya. Lihat penampilannya yang penuh harisma dan berwibawa. Para santrinya semuanya penuh perhatian dan ta’dzim terhadap kiai yang menjadi panutan dan suri tauladan. 

Kepemimpinan kharismatik kiai di pondok pesantren di timbulkan oleh keyakinan santri dan masyarakat sekitar komunitas pondok pesantren bahwa kiai sebagai perpanjangan tangan Tuhan dalam menyampaikan ajaranNya. Fenomena keyakinan tersebut di manifestasikan dalam sikap taklid yang hampir menjadi tradisi dalam kehidupan keseharian santri dan masyarakat. Karisma kepemimpinan kiai terkait dengan luasnya penguasaan kajian ilmu agama pada kiai dan konsistensi pengamalan ilmu agama dalam kehidupan keseharian kiai. Dengan asumsi bahwa karisma dapat diidentikkan dengan power kiai, maka kepemimpinan karismatik kiai dapat pula di telaah dengan konsep sumber kewibawaan. Kepemimpinan pondok pesantren lebih cenderung pada kiai sebagai figure sentral. Kepemimpinan individual kiai sesungguhnya mewarnai pola relasi di kalangan pesantren dan telah berlangsung dalam rentang waktu yang lama, sejak pesantren berdiri pertama hingga sekarang. Seorang kiai dengan karisma besar, berpengaruh terhadap perkembangan pesantren dan terjalinnya hubungan yang baik dengan masyarakat yang menghormatinya.

Salat berjemaahpun dimulai dengan penuh khidmat dan khusu’ sesuai dengan kemampuan masing masing. Semua santri tampak berpakaian rapi dan bersih. Lengkap dengan sorban, sajadah dan tasbihnya yang selalu tergantung di tangan menujnjukan kekhusyuan seseorang yang selalu berkoneksi dengan sang Pencipta. Proses salat berjemaah yang diikuti oleh para santri yang sekitar lima ratus orang sungguh sangat menambah suasana pesantren menjadi meriah penuh dengan kedisiplinan bagi para santri. 

Salat maghrib berjamaah sudah selesai, pak kiai melanjutkan dengan salat sunnah ba’diyah kemudian diteruskan dengan dzikir yang nyaring biar diikuti oleh para santrinya. Sebuah dzikir yang biasa dibawakan oleh kaum muslin di Indoensia khususnya kaum nahdiyin. 

Jadi teringat sebuah hadits yang menyatakan;

"Perumpamaan antara orang yang dzikir pada Tuhannya dan yang tidak, seperti antara orang yang hidup dan yang mati.” 

Demikian sabda Rasulullah sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhari. Dzikir tentu bisa dilakukan kapan saja, baik dalam hati maupun lisan, salah satunya adalah dzikir setelah melaksanaan salat fardhu. Selepas menunaikan shalat fardhu lima waktu, seseorang dianjurkan meluangkan waktu sebentar untuk berdzikir. Amalan ini menjadi rutinitas (wirid) as-salafus shalih yang memiliki dasar yang kuat dari Sunnah Nabi.

Bahkan Imam Nawawi dalam kitab al-Adzkar pada bab al-adzkar ba’da salah,  mengatakan bahwa ulama telah bersepakat tentang kesunnahan dzikir usai shalat yang didukung oleh banyak hadits shahih dengan jenis bacaan yang amat beragam. Berikut ini adalah di antara rangkaian bacaan dzikir sesudah shalat maktubah yang disusun pengasuh Pondok Pesantren Langitan Tuban, KH Muhammad bin Abdullah Faqih (rahimahullâh) sebagaimana dikutip dari Majmû‘ah Maqrûât Yaumiyah wa Usbû‘iyyah. Beliau mengutipnya antara lain dari hadits riwayat Muslim, Bukhari, Abu Dawud, serta kitab Bidâyatul Hidâyah dan lainnya. 

Pak kiai memulai dzikirnya, Pertama dengan Membaca istighfar

 أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِـيْمِ الَّذِيْ لَااِلَهَ اِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ ×٣.

 Kemuidan dilanjutkan dengan Memuji Allah dengan kalimat:

 اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلَامُ تَبَارَكْتَ يَا ذَاالْـجَلَالِ وَاْلإِكْرَام 

Ini berdasarkan hadits riwayat Imam Muslim. 

Dalam riwayat lain sebagaimana dikutip Bidâyatul Hidâyah:

 اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ، وَمِنْكَ السَّلَامُ، وَإِلَيْكَ يَعُوْدُ السَّلَامُ فَحَيِّنَارَبَّنَا بِالسَّلَامِ وَاَدْخِلْنَا الْـجَنَّةَ دَارَ السَّلَامِ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ يَا ذَاالْـجَلَالِ وَاْلإِكْرَام.. 


Lalu membaca:

 اَللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا يَنْفَعُ ذَاالْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ . 

Bacaan ini bisa kita temukan dalam riwayat Imam Muslim dan Imam Muslim (muttafaqun ‘alaih). 

Dalam Bidâyatul Hidâyah disebutkan:

 اَللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا رَآدَّ لِمَا قَضَيْتَ وَلَا يَنْفَعُ ذَاالْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ

Berdoa agar diberi kemampuan untuk mengingat (dzikir), bersyukur, dan beribadah secara baik kepada Allah:

 اَللَّـهُمَّ اَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ. (HR Abu Dawud) 

 Kemuidan dilanjutkan dengan membaca:

 لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ 

(dibaca tiga kali tiap selesai shalat fardhu, khusus setelah maghrib dan shubuh sepuluh kali) 

Kemudian memohon perlindungan dari ganasnya neraka:

 اَللَّهُمَّ أَجِرْنِـى مِنَ النَّارِ 

(tujuh kali bakda maghrib dan shubuh) 

Kemudian Membaca Ayat Kursi: 

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اَللهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَّلَانَوْمٌ، لَهُ مَافِي السَّمَاوَاتِ وَمَافِي اْلأَرْضِ مَن ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَابَيْنَ أَيْدِيْهِمْ وَمَاخَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيْطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَآءَ، وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ وَلَا يَـؤدُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ.. 

Kemudian Membaca Surat al-Baqarah ayat 285-286 ; 

آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ، كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ، وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ. لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا، لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ. رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا، أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ. 

Kemudian disambung dengan penggalan dari Surat Ali Imran: 

شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ، لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ، إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ، قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ، بِيَدِكَ الْخَيْرُ،  إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ، وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ، وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ 

Kemudian membaca Surat al-Ikhlas, Surat al-Falaq, Surat an-Nas, lalu Surat al-Fatihah 

Kemudian membaca tasbih, hamdala, dan takbir masing-masing sebanyak 33 kali:

 سُبْحَانَ اللهِ ×٣٣ اَلْحَمْدُلِلهِ ×٣٣ اَللهُ اَكْبَرْ ×٣٣ 

Kemudian dilanjutkan dengan:

 اَللهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا، لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُيُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ، وَلَاحَوْلَ وَلَاقُوَّةَ إِلَّابِا للهِ الْعَلِـىِّ الْعَظِيْمِ. أَفْضَلُ ذِكْرِ فَاعْلَمْ أَنَّهُ  لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ 

(Dibaca 300 kali bakda shubuh, 100 kali bakda isya, 50 kali bakda dhuhur, 50 kali ba’da ashar, dan 100 kali ba’da maghrib) صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ (dibaca bakda shubuh 300 atau 100 kali)

 لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Kemudian pak kiai menutup dzikir dan Wiridnya dengan doa yang diaminkan oleh semua santrinya. 

Para santripun bubar dari barisannya Setelah dzikir dan wirid, kemudian terdengar suara pengumuman yang keluar dari pengeras suara dalam masjid. 

“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, pengumuman, kepada seluruh santri dan santriwati agar berkumpul di Masjid Utama, sekali lagi kepada seluruh santri dan santriwati agar berkumpul di Masjid Utama, demikian terimkasih, wssalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh”

Setelah pengumuman itu, para santri dan satriwatipun berkumpul di masjid utama dengan dua sekatan untuk membatasi santri sebelah kiri dan santriwati sebelah kanan. Masjid utama itu menampung seluruh santri yang berjumlah sekitar delapan ratusan dari berbagai tingkatan mulai dari santri yang duduk di kelas bawah, menengah, dan santri yang duduk di kelas atas. 

Suasana masjidpun menjadi terdengar gemuruh karena dipenuhi oleh seluruh santri. Tetapi suara gemuruh itu hilang seketika, pada waktu acara dimulai oleh pembawa acara seorang santri senior. Acara tersebut dibuka dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh salah seorang santri yang bersuara lantunan yang indah bagaikan seorang qari terkenal H.Muammar ZA. Pada waktu itu. 

Setelah pembacaan ayat suci Al-Qur’an dilanjutkan dengan pembacaan salawat, pembawa acara itu mempersilahkan kepada pak kiai pak kiaipun mulai duduk di kursi yang sudah disiapkan mengahadap ke seluruh santri. Pak kiaipun mulai berbicara. Para santri semuanya mendengarkan dengan seksama dan penuh antusias. Tidak ada seorangpun yang berani berbicara dan bersuara selama pak kiai itu berbicara. 

Pak kiai menyampaikan beberapa nasihat dan arahan khususnya untuk para santri baru untuk mentekadakan niat dalam hati bahwa kedatangan mereka ke pondok ini, tidak lain adalah hanya untuk mencari ilmu. Untuk itu beliau mengingatkan kepada santrinya untuk selalu bersungguh-sungguh dalam belajar, mengencangkan doa dengan rajin beribadah puasa, tahajjud dan tirakat lainnya. Beliau mengatakan :

“ anggaplah pondok ini sebagai rumahmu sendiri. Anggaplah Pimpinan Pondok dan guru-guru sebagai ayah dan ibumu di sini, maka kalau ada kesulitan apapun jangan segan-segan menghubungi kami. 

Jangan kurang bersyukur kepada Allah dan berterimakasih kepada orang tuamu yang telah menghantarkan, membiayai, merestui dan mendidik kamu. Ini adalah kesempatan emas untukmu.

Niatmu belajar di pondok adalah mulia, tetapi kemungkinan akan hilang kalau tidak tahan godaan dan ujian. Diantaranya; ada perasaan tidak tahan, tidak kerasan, kurang enak dan seterusnya. Bagi orang yang masih baru, hal-hal yang semacam itu sudah biasa, kalau sudah lama maka akan hilang dengan sendirinya. 

Kalau sering-sering ingat rumah, perbanyaklah membaca :

 لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ سُبْحَانَ الله. وَ الْحَمْدُ ِللهِ. وَ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ.  اللهُ أَكْبَـُر .  


Atau berkirim surat, bisa minta orang tuanya datang ke pondok untuk menjenguk, bisa menggunakan telephon, dll, tetapi jangan terlalu sering.

Ikuti semua kegiatan dan gunakan waktu sebaik mungkin, waktu belajar untuk belajar, waktu istirahat untuk istirahat, waktu olah raga untuk olah raga, waktu makan untuk makan dan seterusnya, InsyaAllah apa saja akan menjadi ringan dan menguntungkan.

Jangan malu dan jangan malas, apalagi menganggap enteng, memang semuanya dimulai dari dasar tetapi terus berjalan dan selalu baru dan serba cepat.

Yang belum bisa membaca atau menulis , maka tetap dididik dan dimulai dari nol, supaya bisa belajar dengan baik dan teratur.

Kalau sakit, secepatnya melaporkan ke pengurus, Bapak/Ibu guru atau langsung ke Pimpinan Pondok Modern untuk diobatkan. Bagian kesehatan pondok ada.

Kalau makananya kurang enak, sudah ada lauk dan tersedia di katin atau warung lauk pauk. Menu makanan selalu berganti dan sehat. Kalau sudah terbiasa semuanya menjadi enak. Ingat semboyan Pondok kita: “Makan untuk hidup dan bukan hidup untuk makan”.

Apapun yang menjadi hak milik kamu harus dijaga dengan baik, jangan diletakkan disembarang tempat nanti bisa hilang. Walaupun itu hanya barang-barang sederhana, seperti : sabun, sandal, sepatu, handuk, bahkan pakaianmu yang ada di jemuran, arloji, uang, buku-buku, dan sebagainya. Semua harus disimpan dan hati-hati jangan sampai kecurian atau hilang,  sedangkan  barang  yang  sudah  tidak  dipakai lagi, disimpan baik-baik dalam kotak dan dikunci.

Jangan berbicara dengan bahasa daerah walaupun dengan teman se-daerahmu, mulailah dengan berbahasa Nasional atau praktekkan bahasa resmi (Arab/Inggris) walau campur. 

Dan ingat! Target berbahasa resmi (Arab-Inggris) bagi anak baru di pondok ini 3 bulan setelah masuk. Jadi tidak usah malu atau minder, salah-salah sedikit tidak apa-apa namanya juga belajar, tapi jangan disalah-salahkan.

Jangan coba-coba untuk melanggar disiplin, kalau belum tahu silahkan bertanya, yang termasuk pelanggaran berat di Pondok ini diantaranya: Keluar kampung tanpa izin, bertengkar atau menyakiti orang lain, masuk rumah orang kampung, menghasud orang lain, menghina orang lain, tidak salat, meminum minuman keras dan mengkonsumsi obat-obatan terlarang (narkoba) dan apalagi meninggalkan pelajaran tanpa izin.

Hati-hati membawa uang, kalau ada kelebihan uang simpan saja di TABSIS (Tabungan Santri) di Kantor Tata Usaha, sebab selain bisa diambil sewaktu-waktu, juga demi menjaga keselamatan.

Niati semuanya untuk belajar, berdisiplin dan menahan diri di dalam pondok dengan ibadah!  InsyaAllah, Allah akan memudahkan kita semua. Kalau niatmu (nyantri/mondok) untuk menolong agama Allah, niscaya Allah pasti akan menolong dan menguatkan pendirianmu.

Baik, segitu dulu untuk malam ini, semoga kalian betah semuanya. Sekarang silahkan istirahat sampai besok malam rabu, kita sudah mulai belajar. Sesuai dengan sunnah para ulama dalam memulia belajar. 

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Itulah malam pertama yang dialami oleh Rusman. Penjelasan dan nasihat pak kiai itu sangat meresap dalam hatinya dan terus diingat-ingat dalam setiap waktu, bahkan ketika saat-saat selalu ingat ke kampung halaman


ORDER VIA CHAT

Produk : KEHIDUPAN PESANTREN PENUH KENANGAN (7)

Harga :

https://www.httpsruyatismail.my.id/2022/09/kehidupan-pesatren-penuh-kenangan.html

ORDER VIA MARKETPLACE

Diskusi (1)

  1. Kehidupan santri memang sangat mengesankan, karena semua kegiatan sehari-hari mengarah kepada pembentukan karakter dan kemandirian. selain dijejali ilmu agama, santri juga banyak diberikan ilmu terapan yang akan menjadi bekalnya ketika kembali ke masyarakat.

    BalasHapus